Minggu, 21 September 2008
Memotivasi Diri Dengan Musik
Banyak cara untuk memotivasi diri, memotivasi diri dalam hal agar kita semua tebebas dari rasa minder (malu) atau bahasa anak gaulnya yaitu kurang “PD”. Di antara banyaknya cara untuk menghilangkan rasa malu atau rasa minder, terdapat cara yang mudah namun mempunyai nilai yang positif (menurut pribadi saya), caranya yaitu dengan bermusik.Terdapat kisah yang bersangkutan dengan perkembangan psikologi seseorang yang dipengaruhi oleh aktivitas bermain musik. Kisah ini adalah kisah seorang anak yang diwaktu masa pertumuhannya dihantui oleh rasa minder, anak itu bernama yudhi. Kisahnya dimulai pada waktu yudhi berada pada tingkat sekol ah dasar. Dahulu yudhi merasakan bahwa dirinya sangat tertutup, karena merasa bahwa dirinya tidak mempunyai keahlian, tidak seperti teman-temannya yang lain, yang mudah untuk bergaul dengan siapa pun, tidak untuk diri yudhi yang selalu menutup diri. Hal ini tidak hanya terjadi dalam pergaulannya sehari-hari, dalam ruang kelas pun yudhi tidak pernah untuk memunculkan dirinya. Oleh karena itu yudhi tidak mampu untuk berbuat apapun, yang ada hanya diam, diam, dan diam!!!!!!!!!!
Kemudian yudhi melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Yang pada waktu itu yudhi melanjutkan pendidikan ke sebuah pesantren di daerah Bogor. Karena pada waktu itu yudhi termasuk orang yang tertutup, maka dia mudah untuk tersinggung, penakut dan mudah untuk sakit hati. Setiap kali temannya atau siapa saja yang membuatnya tidak nyaman, pada saat itu juga yudhi merasakan tekanan batin yang sangat sakit. Maka dia sempat berontak dan tidak mau untuk meneruskan pendidikan. Alhamdulillah yudhi mempunyai orang tua dan seorang guru yang sangat mengerti akan dirinya, mereka selalu memberikannya motivasi baik berupa moril maupun materil yang membuat diri yudhi yakin dan kuat. Mereka melakukan pendekatan dan memberikan motivasi dengan kesabaran dan penuh dengan kasih sayang, sehingga yudhi pun menerima dan menjalankan apa yang disarankannya. Hasilnya pada waktu itu dia mulai merasakan bahwa apa yang ada pada dirinya itu semua salah, dan apabila dia tidak merubah gaya hidupnya maka dia tidak akan maju dan dirinya hanya diam, pemalu, dan penakut.
Sehubungan yudhi sangat menyukai musik, maka pada waktu di Pondok dia memanfaatkan fasilitas yang tersedia dengan cara menekuni berbagai macam aliran musik, yang antara lain aliran musik daerah seperti calung (kesenian khas sunda), aliran musik religi seperti nasyid, marawis, dan aliran musik band. Setelah dia mempelajarinya akhirnya dia pun mempunyai kesempatan untuk tampil. Maka pada setiap acara yang terselenggara di Pondok, yudhi selalu menampilkan diri dengan bermain musik. Akhirnya upaya itu membuahkan hasil yang baik bagi perkembangan diri yudhi yang condong untuk selalu tertutup, karakter yudhi mengalami perubahan yang awalnya tidak berani untuk megeluarkan pedapat, kini berubah menjadi berani. Yang awalnya susah untuk bergaul, kini menjadi mudah untuk bergaul. Dari semua karakter tertutup yang dimilikinya berubah menjadi diri yang terbuka tidak hanya untuk orang-orang tertentu saja, melainkan untuk semua orang.
Dengan melihat cerita di atas, jelaslah bahwa setiap orang memiliki kekurangan (kelemahan) ataupun kemampuan yang luar biasa yang tidak dapat diprediksi oleh siapa-pun melainkan oleh dirinya sendiri, oleh karena itu dibutuhkan pendekatan dan bimbingan yang intensif terhadap anak, agar ia mampu untuk menemukan apa yang terpendam dalam dirinya, dan yang lebih penting lagi yaitu kita harus mengetahui karakter anak terlebih dahulu, karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda.
Sabtu, 20 September 2008
Teman Sejati
Teman Sejati
Setiap kali aku menoleh ke belakangMencari-cari titik punca keretakan
Ku sedari tak wajar dipersalahkan
Dirimu yang kian ketandusan perasaan
Sesungguhnya yang tersilap diriku sendiri
Menaruh harapan padamu terlalu tinggi
Sangkaku orang memberi kita berbahasa
Tak terlintas susu disaji dibalas tuba
Setiap pengorbanan, setiap pemberian
Ku lakukan untukmu penuh ketulusan
Tiada yang diharap selain kejujuran
Bila diri dikecewai sungguh aku terkilan
Sememangnya bukan engkau bukan dia
Penilaianku dulu dikelabui mata
Namun ku temui hikmah di sebalik tragedi
Hanya teman sejatiku kekal di sisi
PMII
Independensi PMII
Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan segala garis kebijaksanaan partai induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus serta organisasi- organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran realistis. 14 Juli 1971 melalui Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi PMII.
Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunnah wal Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.
Keterpisahan PMII dari NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat keduanya susah untuk direnggangkan.
[sunting] Makna Filosofis
Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.
Lanjutan PMII
Deklarasi
Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang,Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf "P" merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indomesia
Senin, 19 Mei 2008
PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Di antara pendirinya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalis sekaligus politikus legendaris).
[sunting] Makna Filosofis
Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.
Jumat, 25 April 2008
Rabu, 26 Maret 2008
Perkembangan Psikologi Remaja
Nama : Supriyatna
NIM : 106011000189
Smstr/Jurusan : IV E/ Pendidikan Agama Islam
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Maret 2008-03-26
Tugas : Pengalaman Pribadi tentang
Psikologi Perkembangan Remaja
“Modal Neket dan Yakin”
Pada dasarnya hidup itu memeng penuh dengan rintangan dan cobaan yang datang silih berganti. Namun, rintangan dan cobaan tersebut dapat dijadikan bahan untuk berpikir kedepan yang lebih baik, demi meningkatkan totalitas dan krsempurnaan dan perkembangan berpikir pada jiwa setiap menusia sebagai mekhluk Tuhan yang diberikan otak yang berfungsi untuk berpikir.
Mengangkat sebuag kisah yang sangat pahit namun “nikmat” yang Aku rasakan dalam kehidupanku saat ini. Di akhir tahun 2007 yang lalu, tepatnya terjadi pada sekitar bulan Desember 2007, yang pada saat itu Aku masih bergelut dalam dunia pendidikan dan studi di semester III Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Jakarta. Di awal bulan Desember tersebut, ada sebuah ungkapan yang sangat berat Aku terima yang dilontarkan oleh orang tuaku di Kampung. Mereka dengan lantang meminta agar Aku “berhenti kuliah”, dengan pernyataan tersebut tentunya Akn sangat terkejut dan selalu bertanya, ada apa dengan semua ini? Kenapa tiba-tiba orang tuaku berani mengungkapkan pernyataan seperti itu. Setelah Aku telusuri penyebab semua itu adalah keadaan ekonomi yang sangat terdesak dan sangat terbelit, sehingga dengan berat hati terpaksa kedua orang tuaku berani mengambil keputusan dan menyatakan agar Aku berhenti kuliah, karena tidak ada biaya untuk kedepannya.
Sejak ungkapan itu terucap dan terlontar dari kedua orang tuaku, saat itu pula Aku merasa sangat bingung untuk melanjutkan perkuliahku yang baru semester III pada saat itu. Hampir dua minggu Aku hanya terdiam di kamarju (karena pada waktu itu kebetulan libur semester) memikirkan masalah yang sedang Aku alami pada saat itu. Tidak dapat dipungkiri sebelum UAS berlangsung, Aku sangat tertekan dalam kuliah, mulai saat itulah Aku merasa timbulnya rasa males, jarang mengerjakan tugas, jarang masuk, sehingga tidak jarang ada beberapa mata kuliah di semester III tersebut terpaksa Aku jadikan korbankan, karena jarangnya Aku mengikuti jadwal perkuliahan yang efektif, sehingga dosen-dosen yang bersangkutan tidak mau menerima Aku untuk belajar di dalam kelas bersama teman-teman yang lain seperti biasa. Walaupun demikian, Aku merasa acuh terhadap apa yang dikatakan oleh dosen-dosen tersebut, meskipun mereka melarangku masuk untuk mengikuti proses pembelajaran seperti biasa, akan tetapi masa bodo denga itu semua, sehingga karena terlalu bosannya dengan itu semua, maka Aku mendapatkan berbagai teguran dari dosen-dosen yang bersangkutan. Pada akhirnya, satu bulan sebelum ujian berlangsung Aku tidak lagi mengikuti lima mata kuliah ampai akhir semester III pada waktu itu, dan tentunya Aku juga tidak pernah ikut ujian baik itu UTS maupun UAS, sehingga sudah pasti setelah Aku melihat lembaran demi lembaran nilai yang berada di Kantor Jurusan, hampir setengah dari jumlah mata kuliahku pada saat itu dan nilai-nilaiku yang bermasalah dengan sejumlah dosen tersebut, tentunya sangat buruk.
Dari pengalaman tersebut, Aku mulai berpikir dan berebcana serta bertanya di dalam hati, siapa Aku? Untuk apa Aku hidup? Apa yang ku cari dalam kehidupan ini? Dan bagaimana cara mempertahankan kehidupan ini?, pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat menghantui perasaan dan pikiranku sehingga Aku mengisolasi diriku sendiri. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, Aku menemukan sebuah ungkapan yang terlintas dalam sebuah buku yang pernah Aku baca, di dalam buku tersebut ada sebuah ungkapan yang sangat unik dan menarik perhatianku, dalam buku terebut terpenggal sebuah kalimat yang mengatakan “hidup itu mudah”, dari ungkapan tersebut Aku milai berpikir tentang betapa beratnya kehidupan yang Aku alami ternyata belum seberapa jika dibendingkan tentang kisah-kisah yang ada di dalam buku tersebut. Hingga pada saat itu, Aku mulai berani mengunkapkan bahwa “kegagalan adalah tanda keberhasilan dan di setiap kegagalan pasti terdapat tnda-tanda keberhasilan”, dan itu sangat terbukti ketika Aku memahami sebuah firman Allah swt dalam al-qur’an yang mengatakan “setiap ada kesulitan pasti akan dibarengi dengan kemudahan”.
Tekatku semakin kuat untuk merubah diri dari apa yang Aku alami pada saat itu. Ternyata uang bukanlah segalanya dalam kehidupan, ketika keadaan perekonomian keluargaku terdesak, Aku mulai berpikir apakah selamanya Aku bergantung kepada kedua oreng tuaku yang Aku sendiri tau bagaimana keadaan keuangan mereke?
Awalnya Aku berpikir, mungkin sampai disinilah akhir dari pendidikanku karena orang tuaku tidak sanggup lagi memberikan biaya untuk melanjutkan kuliah demi mencapai harapan da cita-cita yang pernah Akn harapkan. Ternyata, pikiranku saat itu sangat pendek dan masih terlalu anak kecil yang menggantungkan diri kepada kedaan ornag tua. Dari itu semua Aku berpikir bagaimana caranya agar Aku dapat uang untuk melanjutkan studiku yang mudah-mudahan empat semester lagi selesai. Akhirnya, Aku mulai bertanya-tanya kepada beberapa orang tentang usaha, apalah bentuk usahanya. Dan kebetulan di sekitar rumahku banyak pedagang yang setiap harinya selalu sibuk dengan barang dagangannya, di situlah Aku mulai bertanya tentang berdagang, mulai dari bagaimana cara berdagang? Mengapa harus berdagang? Dan berapa keuntunga dari berdagang? Sehingga Aku tertarik pada seorang pedagang rambutan yang telah banyak menganjurkan dan memberikan saran dalam dunia perdagangan. Sehingga, dengan modal teket dan keyakinan Aku mulai mamasuki dunia perdagangan, yang pada saat itu karena sedang musim rambutan, akhirnya Aku mencoba menjual rambutan. Dengan modal kurang lebih Rp. 100.000,- Aku mulai berani mengawali usaha dagangku untuk menjual rambutan di beberapa tempat di wilayah Bekesi di sekitar rumahku, dan alhamdulillah Aku sangat bersyukur dalam waktu dua minggu Aku mampu memperoleh uang dari hasil jualanku sampai Rp. 400.000,-an. Hasil tersebut sangat lumayan untuk menambahkan biaya registrasi yang masih ada waktu kurang lebih dua minggu lagi, adapun kekurangannya Aku coba memberanikan diri untuk pinjam kepada beberapa orang sahabat dan keluargaku yang berada di sekitar rumahku, sehingga Aku sangat bersyukur dan bahagia karena sampai detik ini, Aku masih dapat berkumpul bersama temen-temen yang memiliki tujuan sama dalam dunia pendidikan demi mencapai cita-cita dan harapan yang mulia yang pernah menjadi angan-angan di waktu kecil. Terima kasih untuk semua pihak yang telah memberikan dorongan semangat, karena kalianlah Aku dapat kembali melanjutkan pendidikan dan dalam kekuatan persahabatan di jenjang perkuliahan ini. Semoga Allah swt meridhoi kita semua. Amin.
Perkembangan Psikologi Remaja
Perkembangan Psikologi Remaja
jasmerahJumat, 2007 Desember 28
KEADAAN EMOSI REMAJA
Keadaan Emosi Selama RemajaSecara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “Badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari peruhan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan pada tahun-tahun awal masa puber terus berlangsung tetapi berjalan agak lambat. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Oleh karena itu perlu dicari keterangan ain yang menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada usia ini.Penjelasan diperoleh dari kondisi social yang mengelilingi remaja masa kini. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu (136)Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila sebagian remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu kewaktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan social yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini. Bila kisah cinta berjalan lancer, remaja merasa bahagia, tetapi mereka menjadi sedih bila mana percintaan kurang lancer. Demikian pula, menjelang berakhirnya masa sekolah para remaja mulai mengkhawatirkan masa depan mereka.Meskipun emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ketahun terjadi perbaikan perilaku emosonal. Menurut gesel dan kawan-kawan, remaja 14 tahun sering kali mengalami mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja 16 tahun mengatakan bahwa mereka “tidak punya keperihatinan”. Jadi adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal ramaja (53).Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak-meledak dengan menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengeritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak. Ia tidak mengeluh dan menyesali diri sendiri seperti yang dilakukan anak-anak. Remaja suka bekerja sambilan agar dapat memperoleh uang untuk membeli barang yang diinginkan atau bila perlu berhenti sekolah untuk mendapatkannya.Kematangan EmosiAnak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada masa akhir remaja “tidak meledakkan” emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima emosinya.Akhirnya remaja yang emosinya matang memberikan emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati kesuasana hati yang lain seperti dalam periode sebelumnya.Untuk mencapai kematangan emosional remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah peribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah peribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan social dan sebagian oleh tingkat kesukaanya. Pada “orang sasaran”, (yaitu orang yang kepadanya remaja mau mengutarakan berbagai kesulitannya, dan oleh tingkat penerimaan orang sasaran itu.Bila remaja ingin mencapai kematangan emosi ia juga harus belajar menggunakan kataris emosi untuk menyalurkan emosinya. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis. Meskipun cara-cara ini dapat menyalurkan gejolak emosi yang timbul karena usaha pengendalian ungkapan emosi, namun sikap social terhadap perilaku menangis adalah kurang baik dibandingkan dengan sikap social terhadap perilaku tertawa, kecuali bila tertawa hanya dilakukan bilamana memperoleh dukungan social.Kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang menggambarkan suatu keadaan dimana kita suka melihat kedalam diri kita sendiri sebuah insting yang membuat kita terus menerus mempertanyakan pengetahuan mengenai diri kita sendiri. Kita terus menganalisis kekuatan dan kelemahan kita dan menetapkan tujuan dengan melakukan sesuatu untuk memperbaiki diri kita mungkin mencatat dalam notes atau buku harian mengenai pengalaman suasana hati dan pikiran-pikiran kita. Kita menjelajahi situasi apa yang membuat kita senang dan apa ang membuat kita tidak senang dan berusaha bertindak. Kita memahami dan mengelola emosi kita sendiri dengan baik. Kita suka menyisihkan waktu untuk berfikir dan merenung.Pentingnya Pengetahuan Psikologi Pendidikan Bagi GuruGuru dan tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan tugas pembelajaran ternyata perlu memiliki pengetahuan psikologi.Karena psikologi mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat diamati, maupun yang tidak, secara umum aktifitas-aktifitas dan penghayatan itu dapat dicari hukum-hukum dan psikologis yang mendasarinya.Bagi para pendidik penting sekali mengetahui hukum_hukum tersebut sehingga dengan demikian dapat membantu guru dan tenaga kependidikan lainya untuk memahami tingkah laku belajar anak didiknya lebih baik.Kemampuan untuk memahami tingkah laku belajar anak didiknya akan memberi penjelasan bahwa anak didiknya dalam keadaan belajar dengan baik atau tidak, pemahaman ini akan dapat mengukur kemampuan belajar dan kemampuan menerima materi pelajaran bagi para siswanya.Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa, psikologi ilmu pengetahuan masih muda usianya, tentu psikologi pendidkan lebih muda lagi, artinya psikologi pendidikan masih menghadapi berbagai problematika dan perkembangan sebagai suatu ilmu pengetahuan, dalam perkembangan ini masih banyak hal -hal yang dapat dilengkapi sebagai ilmu pengetahuan yang dinamis. Namun pada prinsipnya psikologi pendidikan alat yang cukup penting untuk memahami tingkah laku belajar anak. Dalam hal ini setiap guru harus senantiasa memahami dan mengikuti perkembangan psikologi pendidikan, karena dengan model ini para guru dapat tertolong memahami pertumbuhan dan perkembangan belajar dan peserta didik, dan para guru dapat meningkatkan kemampuan belajar peserta didiknya sesuai potensi yang dimiliki masing- masing. Psikologi pendidikan ini sebagai alat bagi guru untuk mengendalikan dirinya, dan juga memberi bantuan belajar kepada peserta didiknya dalam kegiatan pembelajaran.BAB IIIPEMBAHASANBelajar Dengan PerasaanDidalam dunia pendidikan untuk membentuk siswa sebagai pribadi yang bagus dan sebagai manusia pembelajar seutuhnya, maka sebagai seorang pendidik kita harus bisa menggunakan ranah kecerdasan dengan baik diantaranya, kognitif, afektif dan ranah psikomotorik.Kenyataan yang berkembang saat ini adalah, betapa banyak siswa yang lulus dari sekolah atupun mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi mereka secara keilmuan bisa diandalkan, IQ mereka tinggi namun mereka banyak yang stress, kaget sosial setelah berada di masyarakat, hal ini disebabkan oleh apa? Tak lain jawabanya mereka tidak mempunyai kecerdasan emosi yang seharusnya berkembang ketika mereka masih menuntut ilmu di lembaga pendidikan.Survey telah membuktikan bahwasanya IQ seseorang menjadi faktor keberhasilanya itu hanya berperan maksimal 40%, secara umum antara 6-20%, sedangkan selebihnya adalah EQ mereka yang sangat mempengaruhi keberhasilanya.Oleh karena itu, sebagai seorang guru wajib kita bagaimana untuk mengetahui keadaan emosi para siswa sebelum memulai pembelajaranataupun dalam kondisi apapun sesuai dengan perkembangan mereka, karena emosi seseorang selalu berkembang sesuai dengan umur mereka, begitu juga yang terjadi pada remaja.Beberapa saran dibawah ini menganjurkan bagi seorang guru bagaimana dia harus menciptakan dunia pembelajaran dengan penuh perasaan diantaranya adalah sebagai berikut gambaran besarnya:Perhatikan secara seksama perasaan murid sebelum memulai pelajaran, situasi emosional dapat memicu sikap aktif atau pasif, apakah murud berada dalam kerangka pikir yang guru inginkan? Menjalani hubungan emosi dengan materi pelajaran merupakan cara utama untuk meyampaikan makna materi pelajaran itu, perasaan yang terbangun juga akan mrndorong perhatian dan mutivasi, akhir kata proses belajar akan menjadi lebih berkesan jika disertai dengan perasaan yang kuat.Kebutuhan emosi dalam pembelajaran sangatlah penting, misalnya anak dalam keadaan stress tidak bisa menerima pelajaran dengan baik karena dia masih merasa tertekan, seorang anak atau siswa dalam belajar mereka mempunyai kebutuhan tertentu yang menyangkut kebutuhan emosional seperti yang dikemukakan oleh ahli psikologi Abraha Maslow, menurut pemikiran Maslow seseorang itu membutuhkan hal-hal sebagai berikut yakni, kebutuhan estetis, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, kebutuhan untuk aktualisasi diri, kebutuhan memperoleh penghargaan orang, kebutuhan mendapat kasih sayang dan memiliki, kebutuhan rasa aman, kebutuhan fisiologis, setidaknya itulah kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam menempuh belajar.Upaya Mengembangkan Emosi Remaja Dan Implikasinya Bagi PendidikanIntervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangan kecerdasa emosional, salah satu diantaranya adalah dengan mengunakan intervensi yang ditemukan oleh WT. Grant Consurtium tentang “Unsur-unsur aktif program pencegahan” yaitu sebagai berikut :Pengembangan keterampilan emosiCara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosinal individu adalah :Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan.Mengungkapkan perasaan.Menilai intensitas perasaan.Mengelola perasaan.Menunda pemuasan.Mengendalikan dorongan hati.Mengurangi stress.Memehami perbedaan antara tindakan dan perasaan.pengembangsn keterampilan kognitifcara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif adalah sebagai berikut:Belajar melakukan dialog untuk mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosialBelajar mengunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati)Belajar memahami soapan santun.Belajar bersikap positif terhadap kehidupan.Belajar mengembangkan kesadaran diri.Pengembangan keterampilan perilakuBeberapa cara yang dapat dilakukan adalah :Mempelajari keterampilan komonikasi nonverbalMempelajari keterampilan verbalCara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosional adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang didalamnya terdapat materi yang dikembangkan oleh Daniel Goleman(1995) yang kemudian diberi nama Self Science Curriculum sebagaimana dipaparkan sebagai berikut :Belajar mengembangkan kesadaran diriBelajar mengambil keputusan pribadiBelajar mengelola perasaanBelajar menangani stressBelajar berempatiBelajar berkomonikasiBelajar membuka diriBelajar mengembangkan pemahamanBelajar menerima diri sendiriBelajar mengembangkan tanggung jawab pribadiBelajar mengembangkan ketegasanBelajar dinamika kelompokBelajar menyelesaikan konflikDi akhir pembahasan ini ditegaskan bahwasanya betapa pentingnya pengembangan emosi itu dilakukan dalam dunia pembelajaran, dan sebagai seorang guru wajib untuk mengetahui betapa pentingnya mengetahiu keadaan emosi peserta didik, agar proses belajar mengajar bisa berjalan optimal dan menghasilkan lulusan yang bisa diandalkan.
Diposting oleh suhil sir... di 07:15